Raden Ayu Siti
Hartinah atau lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Suharto, lahir di Desa
Jaten pada tanggal 23 Agustus 1923 dari pasangan RM Soemoharjomo dan R. Aj.
Hatmanti. Ia adalah anak kedua dari 10 bersaudara. Ibu Tien adalah istri dari
Presiden Indonesia kedua, Jenderal Purnawirawan Soeharto. Ibu Tien menikah
dengan Soeharto pada tanggal 26 Desember 1947 di Surakarta.
Di masa
kecilnya, Ibu Tien harus hidup berpindah-pindah karena tugas orang tuanya. Ketika
berumur tiga tahun, orangtuanya dipindahkan ke Jumapolo, sebuah kota kecamatan
di Karanganyar, sekitar 26 kilometer dari Kota Solo.
Ketika berumur
lima tahun, orang tua Ibu Tien dipindahkan ke Matesih, Kabupaten Karanganyar di
kaki Gunung Lawu. Di sinilah, Ibu Tien memasuki pendidikan formalnya di sebuah
sekolah dasar yang hanya menawarkan dua tahun pendidikan.
Seorang
sahabat ayahnya, Abdul Rachman, datang
dari Solo. Abdul Rachman sudah berumah
tangga tetapi belum dikaruniai anak. Dia berkeinginan untuk mengangkat salah
seorang anak RM Soemoharjomo. Pilihannya jatuh pada Ibu Tien. Meskipun dengan
berat hati, akhirnya Ibu Tien mengikut keluarga barunya ke Kota Solo. Di sana,
Ibu Tien menempuh pendidikan . Ia bersekolah di salah satu sekolah elit Sekolah Hollandsch-Inlandsche (HIS).
Sayangnya,
baru setahun bersama dengan keluarga Abdul Rachman, Ibu Tien terpaksa kembali
ke orangtuanya kerana menderita penyakit cacar yang sangat menghawatirkan. Ibu
Tien harus ke Kerjo karena orang tuanya sudah dipindahkan dari Matesih. Setelah
sembuh, Ibu Tien akhirnya menuruskan pendidikannya di sekolah dasar di Kerjo.
Pada tahun
1933 ketika berusia 10 tahun, orang tua Ibu Tien pindah lagi ke Wonogiri dan di
sana, dia melanjutakan sekolah di HIS
hingga selesai. Sayangnya Ibu Tien tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Pada masa
pendudukan Jepang, Ibu Tien turut bergabung dengan gerakan yang diperuntukkan
bagi para gadis, yaitu Fujinkai.
Setelah
proklamasi kemerdekaan, Ibu Tien aktif dalam perkumpulan Laskar Putri Indonesia
(LPI). LPI dilatih oleh perwira dari Batalyon yang dipimpin oleh Soeharto (yang
kemudian menjadi suami Ibu Tien). Persenjataan pun diperoleh dari batalyon yang
sama. Selain aktif di organisasi LPI ternyata beliau juga menjadi salah satu
anggota dari anggota Palang Merah Indonesia.
Ibu Tien
menikah dengan Lekol. Soeharto tanggal 26 Desember 1947. Pada waktu menikah,
usia Soeharto adalah 26 tahun sedangkan Ibu Tien 24 tahun. Sebagi istri seorang
prajurit Ibu Tien selalu mendampingi suaminya untuk berjuang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Saat terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949, Ibu Tien tetap
mendampingi suaminya walaupun ia sedang hamil.
Karena
pendirian dan kesetiaannya, tidak dapat dipungkiri bahwa Ibu Tien merupakan
orang yang sangat berpengaruh terhadap karir seorang Letkol. Soeharto hingga
berhasil menjabat sebagai Presiden RI ke-2 menggantikan IR. Soekarno pada 27
Maret 1968. Semenjak saat itu pula Ibu Tien diangkat menjadi ibu Negara.
Ibu Tien
menghembuskan napas terakhirnya pada 28 April 1996 di Rumah Sakit Gatot Subroto, Jakarta. Ia menderita
penyakit jantung. Ibu Tien dimakamkan di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah, pada
29 April 1996 sekitar pukul 14.30 WIB. Upacara pemakaman tersebut dipimpin oleh
inspektur upacara yaitu Ketua DPR/MPR saat itu, Wahono dan Komandan upacara
Kolonel Inf G. Manurung, Komandan Brigif 6 Kostrad saat itu.
Jasa – Jasanya untuk Negara
1.Taman Mini Indonesia Indah
Ibu Tien menyadari bahwa
kekayaan alam dan budaya Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Ibu Tien
terinspirasi untuk membangun sebuah taman yang menyajikan keindahan budaya dan
lingkungan alam Indonesia. Gagasan ini merupakan cita-cita untuk membangkitkan
rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa, Indonesia.
Niatan Ibu Tien makin diperkuat ketika mengunjungi Disneyland di Amerika
Serikat dan taman budaya Timland di Thailand. Proyek Miniatur Indonesia Indah
terwujud ketika hasilnya berupa sebuah Taman Mini Indonesia Indah yang
diresmikan pada tanggal 20 April 1975.
2. Perpustakaan Nasional
Ibu Tien juga prihatin
kepada sebagian besar bangsa Indonesia yang masih tertinggal dalam pendidikan.
Kemudian dia menggagas untuk membangun perpustakaan nasional, agar orang mudah
mendapatkan informasi. Tanggal 8 Desember 1985 pembangunan gedung Perpustakaan
Nasional dimulai dalam dua tahap. Tahap pertama selesai Desember 1986 dan tahap
kedua selesai Oktober 1988. Sejak itu bangsa Indonesia bisa tersenyum telah
memiliki gedung perpustakaan nasional yang pantas dibanggakan.
3. Menata Ulang Istana
Mendampingi Soeharto, Ibu
Tien mengubah hiasan bangunan istana yang merupakan peninggalan zaman Belanda
kemudian diisi dengan berbagai perangkat yang menonjolkan keindonesiaan. Ukiran
jati dari Jepara dalam ukuran besar mengisi ruang-ruang istana. Warna merah
untuk Istana Merdeka dan warna hijau untuk Istana Negara.
4. Cendera Mata Untuk Tamu Negara
Menu makanan pun tak lepas
dari pantauannya, Ibu Tien mengatur untuk menghormati negara asal tamu
diseimbangkan antara menu Indonesia dengan menu asing. Agar tamu negara merasa
dihormati dan tetap dapat menikmati hidangan khas Indonesia. Dia juga berusaha
memperkenalkan Indonesia via tamu negara yang datang. Contohnya, Perdana
Menteri Jepang berkunjung, souvenir yang diberikan adalah satu set kursi ukiran
Jepara.
Selanjutnya diputuskan bahwa cendera mata haruslah benda-benda hasil kerajinan Indonesia. Kalau tamu itu kepala negara, maka akan diberi keris emas buatan Bali sedangkan istrinya akan diberi liontin emas. Dalam perkembangannya, souvenir untuk tamu negara diubah menjadi sendok garpu dari perak buatan Yogyakarta.
Selanjutnya diputuskan bahwa cendera mata haruslah benda-benda hasil kerajinan Indonesia. Kalau tamu itu kepala negara, maka akan diberi keris emas buatan Bali sedangkan istrinya akan diberi liontin emas. Dalam perkembangannya, souvenir untuk tamu negara diubah menjadi sendok garpu dari perak buatan Yogyakarta.
5 Rumah Sakit Anak & Bersalin ‘Harapan Kita’
Perhatian Ibu Tien terhadap
masalah kesehatan cukup besar. Tingginya angka kelahiran dan juga tingkat
kematian ibu-anak pada saat persalinan membuatnya berpikir untuk membangun
rumah sakit khusus. Di samping itu, kelahiran anak merupakan harapan baru bagi
Indonesia masa depan yang lebih maju dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
Pada tahun 1974 dimulailah pembangunan Rumah Sakit Anak dan Bersalin yang terletak di Jalan S Parman Jakarta. Peresmian RSAB dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ibu tahun 1979.
Pada tahun 1974 dimulailah pembangunan Rumah Sakit Anak dan Bersalin yang terletak di Jalan S Parman Jakarta. Peresmian RSAB dilaksanakan bertepatan dengan Hari Ibu tahun 1979.
6. Taman Buah Mekarsari
Bicara mengenaibuah
terutama buah-buahan lokal Indonesia, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan
Taman Buah Mekarsari yang kini lebih dikenal sebagaiTaman Wisata Mekarsari
(TWM).
Taman Koleksi Buah yang terletak di Jalan Raya Jonggol, Cileungsi ini diprakarsai oleh Alm. Ibu Tien Soeharto sebagai tempat pengembangan agrohortikultura dan pariwisata.
Taman Wisata Mekarsari dibangun sejak tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1995. Sehari sebelum meninggalnya Ibu Tientanggal 28 April 1996, Beliau menyempatkan diri datang ke Taman Buah Mekarsari dan tampak senang sekali melihat berbagai jenis tanaman sedang berbuah.
Harapan Alm. Ibu Tien menjadikan taman seluas 264 hektar ini sebagai pusat pertanian keanekaragaman hayati buah – buahan Indonesia yang terlengkap dan dapat dinikmati khalayak banyak.
Taman Koleksi Buah yang terletak di Jalan Raya Jonggol, Cileungsi ini diprakarsai oleh Alm. Ibu Tien Soeharto sebagai tempat pengembangan agrohortikultura dan pariwisata.
Taman Wisata Mekarsari dibangun sejak tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1995. Sehari sebelum meninggalnya Ibu Tientanggal 28 April 1996, Beliau menyempatkan diri datang ke Taman Buah Mekarsari dan tampak senang sekali melihat berbagai jenis tanaman sedang berbuah.
Harapan Alm. Ibu Tien menjadikan taman seluas 264 hektar ini sebagai pusat pertanian keanekaragaman hayati buah – buahan Indonesia yang terlengkap dan dapat dinikmati khalayak banyak.
Dari Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment