Iswahyudi dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 15 Juli 1918.Anak
kedua dari sembilan bersaudara ini pernah mengenyam pendidikan sekolah
dokter di NIAS (Nederlandschi Indische Artsen School) meski tidak sampai
tamat.Rupanya Iswahyudi lebih senang menjadi penerbang daripada
dokter. Itu sebabnya ia masuk sekolah penerbang Belanda, Luchtvaart
Opleiding School di Kalijati, Jawa Barat.
Pada masa itu, bahaya
Perang Dunia 2 mulai mengancam Indonesia. Ancaman perang dari Jepang
terhadap Belanda yang menguasai Indonesia mengakibatkan Pemerintah
Hindia Belanda memindahkan siswa-siswa sekolah penerbang ke Adelaide,
Australia.Umumnya siswa-siswa tersebut tidak suka dipindahkan jadi mereka banyak yang nekat kembali ke Indonesia dengan perahu karet.
Perjalanan
kembali Indonesia berat dan berbahaya tapi Iswahyudi selamat sampai
tanah air. Meskipun demikian, Iswahyudi yang terdaftar sebagai siswa
sekolah penerbang Belanda sampai ke telinga mata-mata Jepang. Iswahyudi pun akhirnya ditahan di Surabaya. Lambat laun kondisinya berubah. Ia diangkat menjadi pegawai Kotapraja Surabaya.
Sewaktu
Proklamasi Kemerdekaan, Iswahyudi berada di Surabaya. Bersama beberapa
pemuda, ia ikut serta dalam pengambilalihan kantor-kantor pemerintah
dari tangan Jepang.Ia memimpin sekelompok pemuda menyerbu kantor
Jawatan Kereta Api, menurunkan bendera Jepang di kantor tersebut,
kemudian menaikkan bendera Merah Putih.
Perebutan kekuasaan dari
pemerintah Belanda berakhir bulan Oktober 1945. Tetapi ketika Jepang
pulang, Inggris datang. Terjadi dua insiden antara pihak pemuda Surabaya
dengan pihak Inggris.
Pertama, tanggal 30 Oktober 1945 ketika panglima pasukan Inggris di Surabaya, Brigadir Jenderal Mallaby mati terbunuh.
Insiden kedua terjadi pada 10 November 1945.
Pada insiden kedua, pasukan Inggris melancarkan serangan besar-besaran
dari darat, laut, dan udara selama tiga minggu terhadap kota Surabaya.
Desember
1945, Iswahyudi bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan
Penerbangan yang dipimpin Adisucipto di Yogyakarta. Berkat kegigihannya, Iswahyudi akhirnya diangkat menjadi pembantu utama Adisucipto.
Iswahyudi termasuk
salah seorang perwira andalan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).
Semua jenis pesawat terbang yang ada pada masa itu sudah pernah
diterbangkan dan dikuasi oleh Iswahyudi dengan baik.
Suatu kali
Iswahyudi bahkan pernah mengajak masyarakat Indonesia untuk bersama-sama
menyumbangkan uang untuk membeli pesawat terbang. Hasilnya
secara gotong royong masyarakat Bukittinggi mengumpulkan harta benda
mereka meksipun saat itu kondisi ekonomi sedang sulit. Pesawat yang
dibeli adalah jenis Avro Anson dan diberi registrasi RI-003.
Pada
Desember 1947, Iswahyudi berangkat dengan RI-003 ke Bangkok dan
Singapura. Kembalinya dari Singapura ke Indonesia, cuaca buruk datang di
udara Perak, Malaysia.Iswahyudi berusaha mendarat darurat tapi
karena cuaca amat buruk dan jarak pandang sangat pendek, pesawat jatuh
di perairan Tanjung Hantu, Perak, Malaysia.
Mayat Halim Perdanakusuma yang
turut ada dalam RI-003 ditemukan, tapi mayat Iswahyudi tidak.
Pemerintah Indonesia mengakui jasa-jasa Iswahyudi dan menyatakan dirinya
sebagai Pahlawan Nasional.
Karena jasa-jasanya, pemerintah
mengabadikan nama beliau menjadi sebuah bandar udara Iswahyudi di
Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Iswahyudi tutup usia dengan gelar Marsekal Muda TNI Anumerta R. Iswahyudi dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Sumber : www.kidnesia.com
No comments:
Post a Comment