Monday 27 June 2016

Sekilas Tentang Sintong Panjaitan


Salah satu peristiwa terbesar dalam karir militer Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sintong Hamonangan Panjaitan adalah pembebasan pesawat Garuda saat di bajak oleh teroris. Mungkin tidak banyak yang tahu operasi yang dinamakan operasi Wayla ini.

Peristiwa ini berawal 28 Maret 1981,  dimana pesawat Garuda Indonesia GA-206 terbang dari Jakarta menuju ke Bandara Polonia, tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris pimpinan Imran bin Muhammad Zein. Penerbangan dengan pesawat DC-9 ini terlebih dahulu transit di Talangbetutu, Palembang. Pimpinan teroris, Imran bin Muhammad, menuntut pembebasan rekannya yang ditahan di Bandung, pasca peristiwa Cicendo.

Awalnya pihak teroris meminta untuk terbang ke Kolombo Srilangka namun karena bahan bakar yang tidak cukup, terpaksa mengisi bahan bakar di Penang, Malaysia. Selanjutnya terbang kembali ke Thailand. Atas paksaan teroris, pemerintah Thailand menerima pesawat tersebut di Bandara Don Mueang, Bangkok. Peristiwa pembajakan ini berakhir tanggal 31 Maret 1981 di Bandara Don Mueang, Bangkok.
Adalah Sintong Panjaitan yang saat itu berpangkat letnan kolonel memimpin Grup-1 Para-Komando melakukan penyerbuan ke pesawat DC-9 tersebut. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Sintong Panjaitan bersama anak buahnya mampu menguasai pesawat DC-9 tersebut. Mereka mampu melumpuhkan teroris tersebut walau harus kehilangan satu anak buah yang tertembak.

***

Sintong Hamonangan Panjaitan, lahir di Tarutung, Sumatera Utara, 4 September 1940, Sintong adalah putera dari Simon Luther Panjaitan dan ibu Elina Siahaan. Semenjak kecil, Sintong Panjaitan sudah mempunyai ketertarikan untuk menjadi tentara. Selepas menyelesaikan pendidikan SMA-nya, Sintong mencoba melamar ke Akademi Angkatan Udara tahun 1959. Sembari menunggu hasil, Sintong juga ikut ujian ujian masuk Akademi Militer Nasional pada tahun 1960 dan akhirnya diterima sebagai taruna AMN angkatan V. Ia lulus tahun 1963. 

Mengawali karir militernya dengan pangkat Letnan Dua, Sintong pun mengikuti Sekolah Dasar Cabang Infanteri di Bandung. Menyelesaikan pendidikannya 27 Juni 1964, Sintong ditempatkan sebagai perwira pertama di RPKAD (kini bernama Kopassus) di Cijantung

Operasi tempur pertamanya adalah untuk menumpas gerombolah DI/TII pimpinan  eks Letkol Abdul Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Operasi ini berlangsung dari Agustus 1964 – Februari 1965.  Selanjutnya pada pertengahan Februari 1965, Sintong mengikuti pendidikan dasar komando di Pusdik RPKAD di Batujajar, Jawa Barat. Pada 1 Agustus 1965, Sintong memperoleh atribut Komando dan Baret Merah, di Pantai Permisan. Ia pun dilantik sebagai anggota anggota pasukan komando RPKAD. Usai dilantik ia langsung kembali mengikuti Pendidikan Dasar Para/Komando di Batu Jajar.

Saat pemberontakan G30S/PKI meletus di Jakarta, Sintong memimpin Pleton 1 berhasi merebut RRI yang saat itu dikuasai pemberontak. Ia juga turut serta operasi pengamanan Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah. Bersama anak buahnya, Sintong turut dalam pencarian jenazah perwira TNI AD yang diculik.

Sintong Panjaitan banyak melaksanakan tugasnya di medan operasi. Memimpin Peleton 1 Kompi Tandjung untuk Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban di daerah Jawa Tengah, memimpin Tim Irian Barat RPKAD untuk melancarkan operasi tempur di Irian Barat. Saat dilaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1989, Sintong menjadi Komandan Prayudha 3. Salah satu tugasnya adalah membujuk kepala  suku Irian Barat supaya bergabung ke Negara Kesatuan RI. 

Tugas demi tugas dilaksanakan Sintong dengan baik.  Berbagai prestasi pun diraih suami Lentina Napitupulu ini. Hingga mengantarkannya menjadi menjadi Komandan Kopassandha di periode 1985-1987 dengan pangkat brigadir jenderal.

Pada periode 12 Agustus 1988 - 1 Januari 1992, Sintong menjadi Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana yang mencakup Provinsi Timor Timur. Saat ia menjabat, terjadi peristiwa berdarah di Timor Timur yang disering juga disebut Insiden Santa Cruz. Sebagai pangdam saat itu Sintong dianggap terlibat dan bertanggung jawab hingga berimbas pada pencopotannya sebagai pangdam. 

Sintong pun pensiun dengan pangkat letnan jenderal.

Di masa purnawiran-nya, Sintong pernah menjadi penasihat Habibie. Dimulai pada tahun 1994, saat Habibie masih menjabat Menristek. Hal ini berlanjut hingga Habibie menjadi Presiden RI tahun 1998, Sintong pun menjadi penasihat Presiden di bidang Militer.

Berikut perjalanan karir Sintong Panjaitan hingga pensiun (dikutip dari Wikipedia)

Letnan Dua Inf :
Danton 1/A Yonif 321 Galuh Taruna/Brigif 13 Galuh Kostrad (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
Danton 1/A Kompi Suryo Batalyon 2 RPKAD (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Ganyang Malaysia Kuching-Serawak)
Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Penumpasan G-30S/PKI)

Letnan Satu Inf :
Komandan Prayudha 3 RPKAD (Pada Operasi Tempur Penumpasan OPM Di Irian Jaya)
Perwira Operasi Tim Expedisi RPKAD Lembah X Irian Jaya
Komandan Kompi 251 Grup 2 RPKAD

Kapten Inf :
Kasi 1 Intel Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
Perwira Operasi Pada Pusat Intelijen Strategis (PUSINTELSTRAT)
Kasi 2 Ops Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
Wadan Operasi PUSINTELSTRAT

Mayor Inf :
Komandan Karsayudha Grup 4 Sandhi Yudha
Komandan Satgas 42 Kopassandha Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
Komandan Operasi GARU TNI Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
Wakil Komandan Grup 4 Sandhi Yudha Kopassandha
Wakil Komandan Grup 1 Parako Pada Operasi Lintas Udara Seroja Timor-Timur

Letnan Kolonel Inf :
Wakil Asisten Operasi Kopassandha
Komandan Satuan Pengamanan VVIP/Presiden Soeharto Di Timor-Timur
Asisten Operasi Kopassandha
Komandan Tim Operasi Khusus Intelijen Di Aceh (Penumpasan Gerakan Aceh Merdeka/GAM)
Komandan Satuan Anti-Teror 81 (Penumpasan Pembajakan Pesawat Garuda DC-9 Woyla 206)

Kolonel Inf :
Komandan Grup 3 Linud Kopassandha Di Kariango Makassar
Komandan Grup 4 Sandhi Yudha Kopassandha
Komandan Pusat Sandhi Yudha & Lintas Udara/Pusdikpassus (PUSSHANDALINUD)

Brigadir Jenderal TNI :
Komandan Kopassandha
Komandan Kopassus
Komandan Pussenif

Mayor Jenderal TNI :
Panglima Kodam IX Udayana
Panglima Komando Operasi Militer Kolakops/Koopskam/Teritorial TNI Di Timor Timur
Perwira Tinggi MABES TNI
Koorsahli Panglima ABRI

Letnan Jenderal TNI :
Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (SESDALOPBANG)
Penasihat Wakil Presiden Bidang HANKAM
Penasihat Presiden Bidang HANKAM

(dari berbagai sumber)


No comments:

Post a Comment