Letjen TNI (Purn) Djamin Ginting (lahir di Desa Suka, Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, 12 Januari 1921 – meninggal di Ottawa, Kanada, 23 Oktober 1974 pada umur 53 tahun) adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Tanah Karo. Dia diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 7 November 2014.
Kehidupan awal
Djamin Ginting dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah dia bergabung dengan satuan militer yang diorganisir oleh opsir-opsir Jepang. Pemerintah Jepang membangun kesatuan tentara yang terdiri dari anak-anak muda di Taneh Karo guna menambah pasukan Jepang untuk mempertahankan kekuasaan mereka di benua Asia. Djamin Ginting muncul sebagai seorang komandan pada pasukan bentukan Jepang itu.
Karier kemiliteran
Memimpin pasukan setelah kekalahan Jepang
Rencana Jepang untuk memanfaatkan putra-putra Karo memperkuat pasukan Jepang kandas setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II. Jepang menelantarkan daerah kekuasaan mereka di Asia dan kembali pulang ke Jepang.
Sebagai seorang komandan, Djamin Ginting bergerak cepat untuk
mengkonsolidasi pasukannya. Dia bercita cita untuk membangun satuan
tentara di Sumatera Utara.
Dia menyakinkan anggotanya untuk tidak kembali pulang ke desa masing
masing. Ia memohon kesediaan mereka untuk membela dan melindungi rakyat
Karo dari setiap kekuatan yang hendak menguasai daerah Sumatera Utara. Situasi politik ketika itu tidak menentu. Pasukan Belanda dan Inggris masih berkeinginan untuk menguasai daerah Sumatera.
Pionir pejuang
Dikemudian hari anggota pasukan Djamin Gintings ini akan mucul
sebagai pionir-pionir pejuang Sumatera bagian Utara dan Karo. Kapten Bangsi Sembiring, Kapten Selamat Ginting, Kapten Mumah Purba, Mayor Rim Rim Ginting, Kapten Selamet Ketaren, dan lain lain adalah cikal bakal Kodam II/Bukit Barisan yang kita kenal sekarang ini. Ketika Letkol. Djamin Gintings menjadi wakil komandan Kodam II/Bukit Barisan, dia berselisih paham dengan Kolonel M. Simbolon yang ketika itu menjabat sebagai Komandan Kodam II/Bukit Barisan. Djamin Ginting tidak sepaham dengan tidakan Kolonel M.Simbolon
untuk menuntut keadilan dari pemerintah pusat melalui kekuatan
bersenjata. Perselisihan mereka ketika itu sangat dipengaruhi oleh
situasi politik dan ekonomi yang melanda Indonesia. Disatu pihak, Simbolon merasa Sumatera
dianak-tirikan oleh pemerintah pusat dalam bidang ekonomi. Dilain
pihak, Ginting sebagai seorang tentara profesional memegang teguh asas
seorang prajurit untuk membela negara Indonesia.
Operasi Bukit Barisan
Dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan (Sumatera Utara) maka Panglima TT I, Letkol Inf Djamin Ginting melancarkan Operasi Bukit Barisan. Operasi ini dilancarkan pada tanggal 7 April 1958. Dengan dilancarkannya operasi Bukit Barisan II ini, maka pasukan Nainggolan dan Sinta Pohan terdesak dan mundur ke daerah Tapanuli.
Mengakhiri karier
Dipenghujung masa baktinya, Djamin Ginting mewakili Indonesia sebagai seorang Duta Besar untuk Kanada. Di Kanada ini pulalah Djamin Ginting, mengakhiri hayatnya.
Jabatan yang pernah diduduki
- Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan
- Assisten Dua Bagian Perang di TNI
- Panglima TT I Bukit Barisan.
- Panglima Sumatera Utara.
- Dengan pangkat Mayor Jenderal, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Front Nasional, di Kabinet Dwikora Revisi Kedua.
- Penggerak dari pembentukan GAKARI yang nantinya akan membentuk GOLKAR.
Keluarga
Djamin Ginting meninggalkan 5 orang anak. Salah satunya seorang putri bernama Rimenda br Ginting, SH, yang sekarang menjabat sebagai ketua umum Himpunan Masyarakat Karo Indonesia.
Karya Tulis
Semasa hidupnya, Djamin Gintings menulis beberapa buku. Satu di antaranya "Bukit Kadir" mengisahkan perjuangannya di daerah Karo sampai ke perbatasan Aceh melawan Hindia Belanda.
Seorang anggotanya, Kadir, gugur disebuah perbukitan di Tanah Karo
dalam suatu pertempuran yang sengit dengan pasukan Belanda. Bukit itu
sekarang dikenal dengan nama Bukit Kadir.
Sumber : Wikipedia
No comments:
Post a Comment