Friday 27 May 2016

Prof Dr Soeharso - Dokter Yang Merawat Korban Perang

Prof Dr Soeharso lahir tanggal 13 Mei 1912 di Desa Kembang Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, anak ke 4 dari 8 bersaudara. Ayahnya bernama Raden Sastrosoeharso, pegawai kraton Surakarta pada saat itu. Pernah juga menjadi lurah atau kepala desa.

Tahun 1919, Soeharso memasuki sekolah di Sekolah Dasar berbahasa Belanda (HIS = Hollandsch Inlandsche School) di Salatiga. Setelah menamatkan Sekolah Dasar (HIS) paada tahun 1926, Soeharso  lalu melanjutkan sekolahnya di SMP (MULO) di Solo dan selesai pada tahun 1930. Lalu Soeharso melanjutkan sekolahnya di SMA Paspal (AMS = Algemeene Middelbare School Afdeeling B) di Yogyakarta hingga tahun 1933.  Disini, ia aktif dalam organisasi Jong Java yang kemudian menjadi Indonesia Muda. Ia tidak tertarik pada perjuangan politik, tetapi lebih tertarik pada kesenian, yaitu tari dan karawitan Jawa.

Setelah  menyelesaikan pendidikan AMS, Suharso  mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Nederlandsch Indische Artsen School (sekolah dokter) di Surabaya. Selama menjadi mahasiswa ia tetap aktif berkecimpung dalam kesenian. Ia mendirikan perkumpulan kesenian Siswa Mataya di Surabaya.

Pada tahun 1939 Soeharso lulus ujian NIAS dan berhak menggunakan gelar Indisch Arts. Ia mulai bekerja di Rumah Sakit Umum (CBZ) Surabaya.. Karena bertengkar dengan seorang suster bangsa Belanda, ia dipindahkan ke Sambas, Kalimantan Barat. Dalam perjalanannya, Soeharso singgah di Pontianak. Dinilah ia menemukan jodohnya, yaitu gadis Johar Insiyah, putri dr. Agusjam yang sudah lama bermukim di Pontianak. Mereka menikah pada tahun 1941.

Saat Jepang mendarat di Indonesia, ia tetap berada di daerah Kalimantan. Sebagai seorang terpelajar, Suharso masuk dalam daftar tokoh di Kalimantan yang akan dibunuh Jepang. Tindakan pembunuhan dilakukan hanya atas dasar ketakutan bahwa kaum terpelajar akan menentang pemerintah Jepang. Banyak korban pembunuhan kejam itu, antara lain dr. Agusjam, mertua Dr. Soeharso.

Merasa nyawanya terancam Soeharso beserta istri segera berangkat ke Jawa dan akhirnya bekerja di rumah sakit di Jebres, Solo. Beliau tetap menjadi incaran Jepang, tetapi berhasil selamat berkat bantuan perlindungan dari dr. Mayeda seorang dokter Jepang, sehingga tetap bekerja di Rumah Sakit Jebres.
 
Sesudah Indonesia merdeka, ia menyumbangkan tenaga membantu perjuangan dengan merawat para korban pertempuran. Diantara para korban itu banyak yang kehilangan tangan atau kaki. Suharso merasa iba melihatnya dan tidak ingin mereka kehilangan semangat hidup, terlebih mereka telah berjuang demi bangsa dan negara. Beliau kemudian mencoba membuat tangan dan kaki buatan.

Pada tahun 1950 ia berangkat ke Inggris untuk mendalami ilmu prothese. Sekembalinya dari luar negeri ia diangkat menjadi Pemimpin Umum Usaha Prosthese. Setahun kemudian Soeharso mendirikan dan menjadi Supervisor Rehabilitasi Centrum Penderita Cacat Tubuh di Surakarta. Perjuangannya makin berkembang. Pada tahun 1953 ia mendirikan Rumah Sakit Orthopedie di Surakarta, berikut Yayasan Pemeliharaan Anak-Anak Cacat. 

Soeharso meninggal pada tanggal 27 Februari 1971 pukul 19.00 dalam usia 59 tahun di rumah Jl. Slamet Riyadi, Surakarta dan dimakamkan di Kelurahan Seboto, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali.
Atas jas-jasanya Soeharso dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden No. 088/Tk/1973 tanggal 6 November 1973.

Karier dan sumbangsih
  • 1939 – Asisten di RSUP Surabaya
  • 1939 – Dokter di Sambas, Kalimantan Barat
  • 1942 – Dokter di RS Jebres, Kota Surakarta
  • 1948 – Mendirikan bengkel pembuatan kaki dan tangan tiruan (prostesis) di RS Umum Surakarta
  • 1951 – Mendirikan Rehabilitasi Centrum Penderita Cacat Tubuh di Surakarta
  • 1953 – Mendirikan Rumah Sakit Ortopedi dan Yayasan Pemeliharaan Anak-anak Cacat di Surakarta (YPAC)
Penghargaan
  1. Tahun 1954 : World Rehabilitation Prize oleh World Veteran Federation.
  2. Tahun 1956 : Fellow of The International Colelge of Surgeons.
  3. Tahun 1958 : Penghargaan IDI pada Muktamar VII.
  4. Tahun 1961 : Bintang Satya Lencana Pembangunan.
  5. Tahun 1961 : Bintang Satya Lencana Kebaktian Sosial.
  6. Tahun 1968 : Bintang Mahaputra Kelas III.
  7. Tahun 1969 : Albert Marry Lasker Award, Untuk Prof. Dr. R. Soeharso dan Nyoya.
  8. Tahun 1969 : Warga Kehormatan daerah Provinsi Jawa Tengah.
  9. Tahun 1969 : Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Kedokteran dari Universitas Airlangga.
  10. Tahun 1969 : University Of California, sebagai Qualified Instruktor Clinical.
  11. Tahun 1970 : Penghargaan dari People To People Program Committee For Handicapped, Amerika Serikat.
  12. Tahun 1974 : Pahlawan Nasional.
 Dari Berbagai Sumber


No comments:

Post a Comment