Sukardjo Wiryopranoto lahir di Kesugihan, Cilacap,
pada tanggal 5 Juni 1903. Ia merupakan anak keenam dari tujuh orang bersaudara.
Bapaknya, Wiryodiharjo adalah pegawai
di perusahaan Jawatan Kereta Api pada zaman Hindia Belanda.
Pada tahun 1917 Sukardjo
lulus dari ELS (Europeesche Lagere School). Sekolah ini menggunakan Bahasa Belanda sebagai
bahasa pengantar. Sesudah itu ia melanjutkan pendidikan di sekolah Hukum
(Rechts School) di Jakarta. Lima tahun kemudian ia sudah lulus sekolah hukum
dan mulai bekerja sebagai pegawai di pengadilan negeri dan berpindah-pindah
dari satu kota ke kota lain.
Sukardjo menikah pada usia 22 tahun. Ia menikahi
wanita yang bernama Siti Katijah,
seorang saudara sepupunya. Mereka memilik seorang putera bernama Priono. Tapi
akhirnya Sukardjo bercerai dengan istrinya dan menikah untuk kedua kalinya
dengan Umaryani.
Pada tahun 1929 ia berhenti
dari pegawai negeri dan akhirnya mendirikan kantor pengacara di kota Malang
yang diberi nama ”Wisynu ”. Tujuannya sangat mulia, yaitu untuk menegakkan
kebenaran dan melindungi rakyat yang lemah. Ia juga aktif di dunia organisasi
dengan menjadi anggota Budi Utomo (BU), yang kemudian menjadi Ketua Cabang
Malang.
Pada tahun 1931 Sukardjo menjadi anggota Volksraad
(Dewan Rakyat dan bersama dr. Sutomo, ia mendirikan Persatuan Bangsa Indonesia
(PBI). PBI bertujuan mencapai kebahagiaan yang sempurna bagi tanah air dan
rakyat Indonesia atas dasar nasionalisme Indonesia.
Pada akhir tahun 1935, PBI menjelma menjadi Partai
Indonesia Raya (parindra) dengan dr. Sutomo sebagai ketuanya. Sukardjo pun ikut
menjadi anggota Parindra. Sebagai anggota Parindra, ia sering berkunjung ke
daerah-daerah, antara lain ke beberapa kota di Sumatera.
Pada masa pendudukan Jepang, partai-partai dilarang.
Akhirnya Sukardjo pun menjadi wartawan dan memimpin surat kabar Asia Raya. Ia juga turut membina majalah Mimbar
Indonesia, setelah Indonesia merdeka.
Kegiatan politik kembali digeluti Sukardjo Wiryopranoto sesudah Proklamasi
Kemerdekaan. Ia menjadi juru bicara Negara dalam Kabinet Syahrir. Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia, beberapa posisi penting diduki oleh Sukardjo.Menjadi menjadi Duta
Besar RI di Vatikan merangkap Duta Besar Luar Biasa RI dan Berkuasa Penuh pada
Pemerintah Italia. Sukardjo juga pernah menjabat kepala Direktorat Asia-Pasifik
pada Departemen Luar Negeri dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI
pada Pemerintah Republik Rakyat Cina, merangkap kepala perwakilan Diplomatik
pada Pemerintah Rakyat Mongolia.
Pada tahun 1960, Sukardjo menduduki posisi sebagai
wakil tetap RI di PBB. Disini Sukardjo berusaha mempengaruhi negara-negara lain
untuk membantu Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.
Sukardjo Wiryopranoto
meninggal pada tanggal 23 Oktober 1962 di New York.. Jenazahnya dibawa ke
Tanah Air dan dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Atas jasa-jasanya kepada negara, Pemerintah RI melalui SK Presiden No.
342/Th.1962 tertanggal 29 Oktober 1962 menganugerahi gelar Tokoh
Nasional/Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepada Sukardjo Wiryopranoto.
Dari Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment