Monday, 30 May 2016

Sukarni Kartodiwirjo - 'Penculik' Sang Proklamator



Sukarni Kartodiwirjo. Mungkin tidak banyak yang kenal dengan nama ini. Beliau adalah tokoh pejuang kemerdekaan dan Pahlawan Nasional Indonesia. Gelar Pahlawan Nasional Indonesia disematkan oleh Presiden Joko Widodo, pada 7 November 2014 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 64/TK/Tahun 2014 tanggal 11 Agustus 2014 dan Nomor 115/TK/Tahun 2014 tanggal 6 November 2014.

Sukarni Kartodiwirjo lahir 14 Juli 1916 di Desa Sumberdiren, Kecamatan Garum, Blitar, Jawa Timur. Anak keempat dari sembilan bersaudara ini meruapakan putera dari pasangan suami – istri, Kartodiwirjo dan Supiah. 

Melalui gurunya Moh. Anwar yang juga tokoh pergerakan Indonesia, Sukarni belajar mengenai nasionalisme, saat bersekolah di Mardiswo Blitar. Karena rasa nasionalisme ini, ia sangat membenci Belanda. Dia sering berkelahi dan menantang orang Belanda. Bersama teman-temannya, Sukarni suka mengirimkan surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Tantangan itu diterima oleh anak anak Belanda dan akhirnya terjadilah tawuran besar di kebun raya Blitar waktu itu. Tawuran tersebut dimenangkan oleh Sukarni dan teman-teman.

Salah satu perjuangan Sukarni untuk kemerdekaan Indonesia dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa ini dipicu karena Jepang kalah telak dari negara sekutu. Hal itu membuat kaum muda berinisiatif agar secepat mungkin mendeklarasikan kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi golongan tua lebih memilih menantikan perintah dari Jepang. Alhasil,  Soekarno dan bung Hatta pun “diculik” oleh Sukarni bersama teman-temannya menuju ke Rengasdengklok dengan tujuan melindungi Soekarno dari intimidasi Jepang. Daerah Rengasdengklok dipilih sebab jauh dari jangkauan Jepang

Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Namun Soekarno-Hatta menolak.

Akhirnya semua pihak kemudian bersepakat bahwa proklamasi kemerdekaan akan segera dilakukan pada 17 Agustus1945.

Setelah Proklamasi, Sukarni menghimpun kekuatan pemuda mendukung pemerintah Republik Indonesia. Pada 3 September 1945 memprakarsai pengambialihan Jawatan Kereta Api, bengkel Manggarai dan stasiun-stasiun kereta api lainnya; juga memprakarsai pengambilalihan angkutan umum dalam kota dan stasiun radio. Pada 19 September 1945 Sukarni dan kawan-kawan menyelenggarakan “rapat raksasa” di lapangan Ikada. Rapat ini menunjukkan kebulatan tekad rakyat mendukung Proklamasi 17 Agustus 1945 dan mendesak mengambilalih kekuasaan dari Pemerintah Jepang.

Tercatat , sejak tahun 1961- Maret 1964, Sukarni menjadi Duta Besar Indonesia di Peking, ibukota RRT (Republik Rakyat Tiongkok. Dia juga pernah ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1967. Sukarni wafat tanggal 7 Mei 1971, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.


Dari Berbagai Sumber.

No comments:

Post a Comment