Tuesday 24 May 2016

Samanhudi - Pendiri Serikat Dagang Islam

Samanhudi dilahirkan dari ayah yang bernama Haji Muhammad Zen, adalah seorang pengusaha batik di Lawiyan, Surakarta, beliau dilahirkan di Karanganyar, Wilayah Kesultanan, Surakarta pada tahun 1868 dan meninggal dunia di Klaten, 28 Desember 1956.

Pendidikan pertama Samanhudi adalah mengaji al Qur'an, kemudian belajar agama dari Kiyai Jejorno. Beliau masuk Sekolah Rakyat Volks School pada zaman penjajahan di Surakarta, kemudian melanjutkan ke HIS (Hollansch Indische School), sekolah rendah dengan bahasa pengantar Belanda di Madiun.

Usaha batik yang ditekuni oleh Samanhudi, bermula dari magang dalam perusahaan keluarga sampai beliau berusia 19 tahun, untuk seterusnya dapat berdiri sendiri. Di usia itu dikabarkan beliau menikah, di tahun 1888 beliau membuka perusahaan batik dan berkembang dengan pesat.

Di tahun 1900an, cabang perusahaan batik milik Samanhudi sudah tersebar di berbagai kota, seperti: Tulungagung, Bandung, Purwokerto, Surabaya, Banyuwangi Parakan.

Di Solo, pabrik batik milik beliau mempekerjakan kurang lebih 200 orang, pada saat itu ketika di Solo beliau tergolong sebagai orang kaya.

Nama kecil Samanhudi adalah Supandi Wiryowikoro, dan berubah menjadi Haji Samanhudi setelah ia menunaikan ibadah Haji ke Makkah pada tahun 1904. Bisa kita pastikan, ibadah Haji bukan hanya merubah namanya, tetapi juga merubah jalan hidupnya, dari usahawan batik kaya menjadi aktifis Islam, pioner kebangkitan Pergerakan Islam di Indonesia.

Berubah dari membangun pabrik-pabrik batik kepada membangun jiwa Muslimin yang pingsan akibat penjajah Belanda.

Keterpurukan jiwa dan ekonomi, jiwa mereka rusak, ekonomi mereka hancur akibat Cultuurstelsel, sistem Tanam Paksa pada tahun 1830-1919 yang hampir-hampir saja menyeret mereka pada kekufuran, seperti ditegaskan dalam hadits :
kadal faqru yakunu kufran” (kefakiran itu dekat untuk menyebabkan kekufuran).
Janganlah kamu bersifat lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang beriman. (Q.S. Ali Imran, 3:139)
Iman dan kepercayaan kepada Allah al Ahad, Muhammad Rasul-Nya serta mempercayai ajaran Islam menjadi penawar, obat utama yang dapat menghilangkan sifat lemah dan rendah diri.

Ibadah Haji dan bermukim di Makkah 1904-1905 selama musim Haji memberi kesempatan yang berharga baginya untuk menimba Ilmu ke-Islaman dalam, Fiqh dan Politik ketika itu.
Saat itu tengah berhembus angin pembaharuan Pergerakan Tajdid untuk membebaskan diri dari Imperialis Barat sedang menjadi topik utama dalam Dunia Islam.

Karena itu, tidak heran sekembalinya dari ibadah Haji, beliau mendirikan organisasi Islam dalam bidang yang dikuasainya, yaitu perniagaan dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1905. Suryanegara menyebut tindakannya itu sebagai rapid response (jawaban yang cepat tepat) kepada imperialisme modern dan sesuai dengan tantangan zamannya.

Akan tetapi SDI bukan sekedar organisasi dagang sebagaimana yang kita kenal sekarang ini, semacam Comercial Chamber, Kamar Dagang atau Kongsi Perniagaan, yang bertujuan untuk keuntungan materi anggotanya.

Akan tetapi SDI bertujuan mengangkat martabat Islam dan penganutnya yaitu umat Muslim yang sengsara akibat penjajahan kafir Kerajaan Protestan Belanda. Selain itu SDI dijadikan wadah dalam menghadapi diskriminasi perniagaan asing seperti Cina, yang telah mendapat hak istimewa dari kolonial penjajah.

Organisasi SDI mudah memperoleh tempat di hati masyarakat peniaga Muslim secara luas di pulau Jawa ketika itu.

Semuanya disebabkan dan ditunjang oleh adanya beberapa faktor berikut :

Menjadikan Islam dan ajarannya sebagai strategi perjuangan membangkitkan semangat jiwa Islam (Iman) yang telah lama tertidur akibat penjajahan. “al-Islamu ya’lu wala yu’la ‘alaihi”, (ilmu, ajaran Islam (Iman) itu tinggi tidak ada yang mengatasinya).
Ide kesadaran berorganisasi lahir dari pendirinya sendiri, seorang haji, usahawan Muslim yang sukses (berjaya).
Pendanaan awal yang berasal dari kantong pribadi ketua, pengusaha berhasil di zamannya.
Kain batik dan sarung merupakan komoditi masyarakat Muslim Nusantara di kota-kota sampai ke pedesaan dan di komunitas institusi pendidikan.
Menggunakan jaringan perniagaan beliau, yang memang telah mapan di berbagai kota seluruh Pulau Jawa: Solo, Surabaya, Semarang, Bandung, dan Batavia (Jakarta).
Memiliki buruh pabrik (karyawan) batik dan kolega (rekan) dagang bertaraf internasional dari bangsa Arab, Muslim India, Cina dan Muslim pribumi Nusantara.
Mempunyai alat media komunikasi yang efektif sejak sebelum berdirinya SDI, yaitu buletin Taman Pewarta (1902-1915).
Haji Samanhudi memimpin sebagai ketua, SDI dari tahun 1905 hingga 1912. Beliau berhasil menyatukan solidaritas Muslim (Ukhuwah Islamiyah), khususnya dalam perdagangan, yang di kemudian hari menjadi kekuatan untuk menuntut kemerdekaan dari penjajah kolonial Belanda.

Tahun 1912, Haji Samanhudi dengan SDInya difitnah oleh kolonial pemerintahan Belanda sebagai penggerak Huru-Hara Anti Cina (Anti China Riot) di Kesultanan Surakarta yang meluas ke kota-kota lain. Padahal semua itu adalah provokasi pemerintah kolonial, dengan target, Revolusi Cina pimpinan Sun Yat Sen, 1911 yang mendapat kemenangan berkat dukungan Muslim Cina tidak menular ke Indonesia.

Sebenarnya huru-hara itu dilakukan oleh Laskar Mangoenegaran yang ditugaskan pemerintah untuk merusak toko-toko Cina, akibatnya Oleh Residen Surakarta, Wijck, SDI dijatuhi hukuman schorsing (suspension, digantung) pada 12 Agustus 1912. Beberapa hari kemudian, pada 26 Agustus schorsing tersebut terpaksa dicabut kembali, karena menimbulkan reaksi yang di luar perhitungan pemerintah kolonial Belanda, yaitu para petani anggota Serikat Islam dari Kesultanan Surakarta melakukan mogok, menolak kerja di onderneming Krapyak, Surakarta.

Berkaitan dengan tahun lahirnya Serikat Islam terdapat dua versi, yang kemudiannya menjadi polemik pada ahli sejarah. Sebagian menetapkan organisasi berdiri berdasarkan tahun pendaftaran organisasi.
Dan yang lain cenderung menetapkan awal organisasi berdasarkan pengakuan dari pendiri organisasi.
Penuturan Haji Samanhudi kepada Haji Tamar Djaja pada 25 Juni 1955, bahwa Serikat Dagang Islam didirikan pada 16 Oktober 1905. Kemudian diikuti dengan didirikan Serikat Islam (SI) pada 1906..

Sumber :  http://www.ndaru.id

No comments:

Post a Comment