Ki Sarmidi Mangunsarkoro lahir 23 Mei 1904 di Surakarta. Ia
dibesarkan di lingkungan keluarga pegawai Keraton Surakarta. Pengabdian
Ki Sarmidi Mangunsarkoro kepada masyarakat, diawali setelah ia lulus
dari Sekolah Guru "Arjuna" Jakarta langsung diangkat menjadi guru HIS Tamansiswa Yogyakarta.
Kemudian pada Th 1929 Ki Sarmidi Mangunsarkoro diangkat menjadi Kepala Sekolah HIS Budi Utomo Jakarta. Satu tahun kemudian, atas permintaan penduduk Kemayoran dan restu Ki Hadjar Dewantara,
ia mendirikan Perguruan Tamansiswa di Jakarta. Perguruan Tamansiswa di
Jakarta itu sebenarnya merupakan penggabungan antara HIS Budi Utomo dan
HIS Marsudi Rukun yang dua-duanya dipimpin oleh Ki Sarmidi
Mangunsarkoro, dan dalam perkembangannya Perguruan Tamansiswa Cabang Jakarta mengalami kemajuan yang pesat hingga sekarang.
Pengabdian di Taman Siswa
Pada upacara Penutupan Kongres atau Rapat Besar Umum Tamansiswa yang pertama di Yogyakarta
pada 13 Agustus 1930, Ki Sarmidi Mangunsarkoro bersama-sama Ki Sadikin,
Ki S. Djojoprajitno, Ki Poeger, Ki Kadiroen dan Ki Safioedin
Soerjopoetro atas nama Persatuan Tamansiswa seluruh Indonesia
menandatangani Keterangan Penerimaan penyerahan "Piagam Persatuan
Perjanjian Pendirian" dari tangan Ki Hadjar Dewantara, Ki Tjokrodirjo
dan Ki Pronowidigdo untuk mewujudkan usaha pendidikan yang beralaskan
hidup dan penghidupan bangsa dengan nama Tamansiswa yang didirikan pada 3
Juli 1922 di Yogyakarta.
Sebagai salah satu orang yang terpilih oleh Ki Hadjar Dewantara untuk
memajukan, menggalakkan serta memodernisasikan Tamansiswa yang
berdasarkan pada rasa cinta tanah air serta berjiwa nasional, Ki Sarmidi
Mangunsarkoro mempunyai beberapa pemikiran demi terlaksananya cita-cita
pendidikan Tamansiswa.
Selanjutnya pada tahun 1931 Ki Sarmidi Mangunsarkoro ditugasi untuk
menyusun Rencana Pelajaran Baru dan pada tahun 1932 disahkan sebagai
Daftar Pelajaran Mangunsarkoro. Atas dasar tugas tersebut maka pada
tahun 1932 itu juga ia menulis buku Pengantar Guru Nasional. Buku
tersebut mengalami cetak ulang pada tahun 1935.
Dalam ‘Daftar Pelajaran Mangunsarkoro’ yang mencerminkan cita-cita
Tamansiswa dan Pengantar Guru Nasional itu di dalam arus pergerakan
nasional di Indonesia khususnya di Asia pada umumnya, dapat disimpulkan pemikirannya mewakili salah satu aspek dari kebangunan nasionalisme
yaitu "aspek kebudayaan", yang pada hakikatnya merupakan usaha menguji
hukum-hukum kesusilaan dan mengajarkan berbagai pembaharuan disesuaikan
dengan alam dan zaman. Dua aspek lainnya adalah "aspek sosial ekonomis"
yaitu usaha meningkatkan derajat rakyat dengan menumbangkan cengkeraman
ekonomi bangsa-bangsa Eropa Barat, sedangkan pada "aspek politik" yaitu
usaha merebut kekuasaan politik dari tangan Pemerintah Kolonialisme
Belanda.
Pada tahun 1947 Ki Sarmidi Mangunsarkoro diberi tugas oleh Ki Hadjar
Dewantara untuk memimpin penelitian guna merumuskan dasar-dasar
perjuangan Tamansiswa, dengan bertitik tolak dari Asas Tamansiswa 1922.
Dalam Rapat Besar Umum Tamansiswa Tahun 1947 hasil kerja Panitia
Mangunsarkoro bernama Pancadarma itu diterima dan menjadi Dasar
Tamansiswa, yaitu: Kodrat Alam, Kemerdekaan, Kebudayaan, Kebangsaan, dan
Kemanusiaan.
Perjuangan
Perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro dalam bidang pendidikan, di
antaranya pada tahun 1930-1938 menjadi Anggota Pengurus Besar Kepanduan
Bangsa Indonesia (KBI) dan penganjur gerakan Kepanduan Nasional yang
bebas dari pengaruh kolonialisme Belanda. Selanjutnya pada tahun
1932-1940 ia menjabat sebagai Ketua Departemen Pendidikan dan Pengajaran
Majelis Luhur Tamansiswa merangkap Pemimpin Umum Tamansiswa Jawa Barat.
Pada tahun 1933 Ki Sarmidi Mangunsarkoro memegang Kepemimpinan Taman
Dewasa Raya di Jakarta yang secara khusus membidangi bidang Pendidikan
dan Pengajaran.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro semakin dikenal di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan politik melalui Partai Nasional Indonesia (PNI). Ki Sarmidi Mangunsarkoro pada tahun 1928 ikut tampil sebagai pembicara dalam Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 menyampaikan pidato tentang Pendidikan Nasional,
yang mengemukakan bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan dan
dididik secara demokratis, serta perlunya keseimbangan antara pendidikan
di sekolah dan di rumah.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro pernah terpilih menjadi Ketua PNI Pertama sebagai hasil Kongres Serikat Rakyat Indonesia (SERINDO) di Kediri dan menentang politik kompromi dengan Belanda
(Perjanjian Linggarjati dan Renvile). Sewaktu terjadi agresi Belanda II
di Yogyakarta, Ki Sarmidi Mangunsarkoro pernah ditahan IVG dan
dipenjara di Wirogunan.
Menteri Pendidikan
Pada waktu Kabinet Hatta II berkuasa pada Agustus 1949 sampai dengan Januari 1950, Ki Sarmidi Mangunsarkoro mendapat kepercayaan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) RI. Sewaktu menjabat Menteri PP dan K, ia mendirikan dan meresmikan berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta, mendirikan Konservatori Karawitan di Surakarta, dan ikut membidani lahirnya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Kepercayaan Pemerintah terhadap reputasi dan dedikasinya kepada
Negara, membawa Ki Sarmidi Mangunsarkoro kembali dipercaya menjadi
Menteri PP dan K RI pada masa Kabinet Halim
sejak Januari 1950 sampai September 1950, dan ia berhasil menyusun dan
memperjuangkan di parlemen Undang Undang No 4/1950 tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia. UU No
4/1950 itu disahkan dan sekaligus menjadi Undang Undang Pendidikan
Nasional pertama.
Kehidupan Pribadi
Pribadi Ki Sarmidi Mangunsarkoro yang tetap sederhana, berpikiran dan
berwawasan kebangsaan dan rasa nasional yang tebal tercermin dalam
penampilannya sehari-hari yang selalu memakai peci agak bulat, kumis
tebal, kemeja Schiller putih serta bersarung Samarinda serta memakai sandal.
Penampilan yang sangat sederhana, ia terapkan juga pada waktu menjadi
Menteri PP dan K, yaitu tidak mau bertempat tinggal di rumah dinas
menteri. Apabila menghadiri acara jamuan kepresidenan, di jalan raya
maupun pergi ke Jakarta yang selalu tidak ketinggalan memakai sarung dan
peci.
Ki Sarmidi Mangunsarkoro wafat 8 Juni 1957 di Jakarta, dimakamkan di makam Keluarga Besar Tamansiswa Taman Wijaya Brata, Celeban, Yogyakarta. Atas jasa-jasanya, Alm Ki Sarmidi Mangunsarkoro menerima tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah, dan juga penghargaan dari Tamansiswa dan rakyat.
Karya-Karya
Di sepanjang hidupnya, Ki Sarmidi Mangunsarkoro menulis beberapa
buku-buku mengenai pendidikan nasional, kebudayaan dan juga politik. Hal
ini seiring dengan perhatian ia yang begitu besar pada ketiga bidang
tersebut. Buku-buku tulisan ia antara lain :
- Pendidikan Nasional (Keluarga, Jogjakarta, 1948)
- Masjarakat Sosialis (Pelopor, Jogjakarta, 1951)
- Dasar-Dasar Pendidikan Nasional (Pertjetakan Keluarga, 1951)
- Kebudajaan Rakjat (Usaha Penerbitan Indonesia, 1951)
- Dasar Sosiologi dan Kebudajaan untuk Pendidikan Indonesia Merdeka(Prapancha, Jogjakara, 1952)
- Ilmu Kemasjarakatan (Prapancha, 1952)
- Sosialisme, Marhaenisme dan Komunisme (Wasiat Nasional, Jogja, 1955)
- Inti Marhaenisme (Wasiat Nasional, Jogja, 1954)
- Guru Tak Berkarakter ratjun Masjarakat : Sumbangan dari Kementerian Penerangan RI oentoek guru Nasional yang Membentuk Djiwa Nasional (ditulis bersama dg Asaat gelar Datuk Mudo, Kementerian Penerangan RI, kata Pengantar 1950)
- Dasar Sosisologi dan Kebudajaan untuk Rakjat Indonesia (Prapancha, 1952
Sumber : Wikipedia
No comments:
Post a Comment