Monday, 13 June 2016

Putri Proklamator, Megawati Soekarnoputri - Presiden RI Kelima


Presiden RI ke-5 adalah puteri dari sang proklamator yang juga presiden RI pertama, Soekarno. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau lebih akrab disapa Megawati Soekarnoputri adalah presiden wanita Indonesia yang pertama. Lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 Megawati adalah anak kedua dari Soekarno dan Fatmawati.

Sebagai anak presiden pertama, tentunya masa kecil Megawati banyak dihabiskan di lingkungan istana. Ia memulai pendidikan dasar hingga pendidikan menengah atasnya di perguruan Cikini. Sedangkan pendidikan tingginya pernah ditempuh di dua universitas berbeda namun tidak menyelesaikannya. Dari tahun 1965-1967, Megawati kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia pada tahun 1970 hingga 1972.  Dia meninggalkan kedua universitas tersebut karena keadaan negara yang kacau pada saat itu.

Kisah Cinta dan Pernikahan
Pada 1 Juni 1968 Megawati menikah dengan Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso, seorang pilot pesawat AURI dan perwira pertama di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) Republik Indonesia.  Surindo adalah sahabat  Guntur Soekarnoputra, kakak Megawati . Pernikahan Megawati dan Surindro dikaruniai dua orang putera Mohammad Rizki Pratama dan Mohammad Prananda Prabowo.

Pada 22 Januari 1971, Megawati harus kehilangan suaminya. Pesawat Skyvan T-701 yang diawakinya hilang di perairan Biak, Irian Jaya. Saat itu Megawati sedang mengandung anak keduanya. Surindro Supjarso hilang bersama dengan tujuh orang rekannya.

Pernikahan kedua Megawati tidak berjalan mulus. Rumah tangganya dengan Hassan Gamal A.H, mantan diplomat Mesir, hanya bertahan tiga bulan. Fatmawati, tidak menyetujui pernikahan tersebut,  karena beranggapan Surindro belum tentu meninggal. Akhirnya keluarga Soekarno menyewa pengacara, Sumadji, untuk membatalkan pernikahan tersebut. Dan pernikahan tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.

Megawati menemukan kembali tambatan hatinya. Ia bertemu dengan teman lama sewaktu aktif di GMNI. Adalah Moh. Taufiq Kiemas yang menjadi suami ketiganya. Mereka menikah pada akhir Maret 1973 dan dikaruniai satu orang puteri, Puan Maharani.

Perjalanan Karir Politik
Walaupun Megawati keturunan dari politikus handal, tapi ia tidak mahir dalam dunia politik. Ia dianggap anak bawang oleh kawan maupun lawan politiknya. Awal Megawati terjun ke dunia politik adalah saat PDI ingin menaikkan popularitasnya. PDI beranggapan dengan menempatkan Megawati sebagai calon legislatif akan mendulang suara bagi PDI. Benar saja, pada tahun 1987 Megawati akhirnya menjadi anggota DPR/MPR, dari daerah pemilihan Jawa Tengah. Di tahun yang sama, Megawati terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat.

Kehadiran Megawati di gedung parlemen kurang mendapat respon yang positif. Dan ia tahu bahwa ia berada di bawah tekanan. Megawati memilih untuk tidak terlalu menonjol tetapi tetap melakukan lobi politik di luar gedung parlemen. Bintangnya pun mulai bersinar dengan terpilih sebagai ketua umum PDI pada tahun 1993. Hal ini membuat pemerintah berkuasa tercengang. Megawati terpilih secara aklamasi  dalam kongres luar biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya. Pemerintah sendiri mendukung Budi Hardjono untuk menggantikan Soerjadi.

Posisi Megawati sebagai ketua umum mulai diusik oleh pemerintah. Pemerintah menolak dan menganggapnya ilegal. Akhirnya, atas dukungan pemerintah,  Fatimah Ahmad cs, menyelenggarakan kongres PDI di Medan pada tahun 1996. Pada kongres tersebut Soerjadi terpilih kembali menjadi ketua PDI. Megawati tidak mengakui kongres Medan dan menyatakan dirinya sebagai ketua umum yang sah dan markas markas DPP PDI di Jalan Diponegoro, berada dibawah kendali Megawati.
Soerjadi pun tidak tinggal diam. Ia menebar ancaman akan merebut kantor DPP. Soerjadi pun melancarkan aksinya dan berhasil menduduki markas PDI pada tanggal 27 Juli 1996. Dan aksi ini sekarang lebih dikenal dengan peristiwa 27 Juli.

Megawati terus berjuang. Ia pun menempuh lewat jalur hukum. Tapi harus terhenti di meja pengadilan. Walaupun pemerintah mendukung Soerjadi tapi massa tetap berpihak kepada Megawati. Akhirnya terjadi dualisme kepemimpinan. PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. PDI pimpinan Mega tidak bisa ikut pemilu 1997. Perolehan suara PDI pimpinan Soerjadi pun merosot tajam.

Setelah rezim orde baru tumbang, akhirnya PDI dibawah pimpinan Megawati berubah nama menjadi PDI-Perjuangan. Dan di pemilu 1999 PDI-Perjuangan menjadi pemenang pemilu dengan perolehan suara 33,74 %. Peluang untuk menjadi presiden menjadi terbuka. Tapi Amien Rais pun membentuk poros tengah dengan mengusung Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Dan Megawati harus menerima kenyataan pahit, pada Sidang MPR 1999, Abdurrahman Wahid terpilih menjadi Presiden RI yang keempat. Megawati pun harus legowo dan terpilih menjadi wakil presiden mengalahkan Hamzah Haz.

Megawati akhirnya tidak harus menunggu lima tahun untuk menduduki kursi kepresidenan. Pada tanggal 23 Juli 2001 MPR mencabut mandat Presiden RI Abdurrahman Wahid dan mengangkat wakilnya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden RI yang kelima. Megawati berkuasa hingga tahun 2004.

Pada tahun 2004, Megawati mencoba peruntungan kembali dengan mencalonkan sebagai presiden. Tapi ia kalah dan Susilo Bambang Yudoyono yang menjadi presiden RI yang keenam. Megawati sendiri kalah dalam pemilihan langsung oleh rakyat, yang mana pemilihan langsung ini adalah adalah salah satu keberhasilan pemerintahan Megawati. (dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment