Tuesday, 14 June 2016

Presiden Pertama Pilihan Rakyat - Susilo Bambang Yudhoyono


Setelah presiden RI kedua, Soeharto lengser pada tahun 1998, Indonesia dipimpin oleh presiden dari kalangan sipil hingga tahun 2004. Dalam kurun waktu 6 tahun, Indonesia dipimpin oleh Habibie, Gus Dur dan Megawati. Adalah Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang menjadi presiden kedua RI dari kalangan militer atau menjadi presiden keenam RI.  SBY juga menjadi presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat.  SBY pada saat itu memperoleh suara 60 % mengalahkan Megawati yang memperoleh suara 40 %. SBY menjadi presiden RI selama dua periode, setelah pada pilpres 2009 memperoleh suara sebesar 60,80%.

Bagaimana sebenarnya perjalanan kisahnya hingga menjadi Presiden RI ? 

Susilo Bambang Yudhoyono, lebih tenar dengan sebutan SBY, lahir di di Pacitan, Jawa Timur, 9 September 1949. SBY adalah putera dari pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Sejak kecil ia sudah bercita-cita mengikuti jejak ayahnya menjadi tentara. Ayahnya sendiri adalah perwira menengah pada saat itu. Setelah lulus SMA pada tahun 1968, SBY terpaksa harus kuliah di Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS), karena terlambat mendaftar ke Akabri.

SBY kemudian malah memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Di sinilah ia mempersiapkan diri untuk masuk ke Akabari.

Akhirnya pada tahun 1970 mimipinya pun terkabul. SBY diterima di Akbri dan lulus pada tahun 1973. Ia menjadi lulusan terbaik angkatan 1973 dan menerima menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya.  Sewaktu menjadi taruna Akabri, SBY berkenalan dengan Kristiani Herrawati, putri dari Letjend Sarwo Edhie Wibowo, Gubernur Akabri saat itu. Perkenalan ini akhirnya berlanjut hingga ke pelaminan pada tanggal 30 Juli 1976. Mereka dikaruniai dua orang putera, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono.

Setelah lulus pada tahun 1973, SBY memulai kariernya, di Kostrad, dengan memangku jabatan sebagai Dan Tonpan Yonif Linud 330 Kostrad. SBY sangat mahir berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan ia dengan senang hati berbagi ilmu dengan prajurit batalion. Kemahirannya berbahasa Inggris inilah yang akhirnya menghantarkannya untuk mengikuti kursus Airbone and Ranger, Fort Benning, Amerika Serikat pada tahun 1976.

Setelah kembali ke tanah air, SBY menjadi Dan Tonpan Yonif 305 Kostrad (1976-1977). Posisi penting lain yang diduduki SBY selama berkarir di TNI adalah  Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977), Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).

SBY juga dipercayakan jabatan Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988). Selanjutnya, periode 1998-1999, SBY belajar  Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan terpilih menjadi lulusan terbaik Seskoad 1989.  Pada tahun 1991 ia melanjutkan pendidikan US Command and General Staff College (Fort Leavenwort) Kansas Amerika Serikat. Periode 1989- 1992, SBY menjadi dosen Seskoad. Menjadi Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993-1994, Asops Kodam Jaya (1994-1995) dan Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995) serta Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia-Herzegovina (1995-1996).

Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).

Akhirnya, SBY memutuskan pensiun dari kemiliteran pada 1 April 2001 setelah ditunjuk oleh GusDur menjadi Menteri Pertambangan dan Energi. Posisi ini tidak berlangsung lama karena ia diminta menduduki posisi Menkopolsoskam. Pada 1 Juni 2001, SBY diberhetikan Gus Dur dari posisi Menkopolsoskam   kerena menolak rencana Presiden mengeluarkan dekrit. Hingga akhirnya Gus Dur pun diberhentikan dan digantikan oleh Megawati, wakil presiden saat itu.

Setelah kursi kepresidenan diduduki oleh Megawati, SBY dipercaya kembali menjadi menteri di Kabinet Gotong Royong. Ia menjadi Menkopolkam hingga ia mengundurkan diri 11 Maret 2004 karena merasa sudah tidak sejalan dengan Megawati.

SBY pun akhirnya maju sebagai calon presiden pada pemilu 2004. Pada saat itu ia berpasangan dengan Jusuf Kalla. Mereka didukung oleh Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Mereka akhirnya terpilih menjadi presiden dan wakil presiden setelah melalui pemilihan dua putaran. 

Di Pilpres 2009, SBY berpasangan dengan Boediono. SBY – Boediono menjadi pasangan presiden dan wakil presiden untuk periode 2009-2014.

SBY adalah orang yang sangat peduli akan pendidikan. Ia menempuh pendidikan hingga S3. Gelar doktor bidang Ekonomi Pertanian ia peroleh  dari Institut Pertanian Bogor. Selain itu SBY juga menerima gelar doktor kehormatan sebanyak 12 gelar yaitu:  Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Hukum dari Webster University St Louis, AS; September 2005, Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Politik dari Thammasat University, Bangkok, Thailand; Desember 2005, Doktor Honoris Causa bidang Pertanian dari Universitas Andalas, Padang; September 2006, Doktor Honoris Causa bidang Media dan Pemerintahaan dari Keio University, Tokyo; November 2006, Doktor Honoris Causa dari Tsinghua University, Beijing; Maret 2012, Doktor Honoris Causa dari Universiti Utara Malaysia; Desember 2012, Doktor Honoris Causa bidang Kepemimpinan dan Pelayanan Publik dari Nanyang Technological University Singapura; April 2013, Doktor Honoris Causa bidang Hukum Perdamaian dari Universitas Syiah Kuala, Aceh; September 2013, Doktor Honoris Causa dari Universitas Ritsumeikan, Jepang; September 2014, Doktor Honoris Causa bidang pendidikan dan kebudayaan dari Universitas Soka, Jepang, Oktober 2014,  Doktor Honoris Causa dari University of Western Australia (UWA), September 2015, Doktor Honoris Causa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Januari 2016. (dari berbagai sumber)



No comments:

Post a Comment