Tuesday, 31 May 2016

Supeno -Menteri Pembangunan/Pemuda Ditembak Mati Belanda




Kabinet Hatta pertama dibentuk oleh Mohammad Hatta atas perintah Presiden Soekarno. Kabinet ini dibentuk tanggal 23 Januari 1948, setelah pada hari yang sama Kabinet Amir Sjarifuddin II dibubarkan. Kabinet Hatta ini bertugas dari tanggal 29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949. Salah satu menterinya pada saat itu adalah Supeno.  Ia menjabat sebagai Menteri Pembangunan/Pemuda.

Supeno lahir di Pekalongan tanggal 12 Juni 1916. Ayahnya, Sumarno, adalah seorang pegawai di stasiun kereta api Tegal. Ia menikahi gadis bernama Kamsitin Wasiyatul Khakiki, putera keluarga Danusiswoyo, penilik Pendidikan Masyarakat di Purbalingga. Pasangan ini dikaruniai seorang puteri, Yudyaningsih Supeni Rokutiningsih. Supeno wafat 24 Februari 1949

Supeno mulai memasuki jenjang pendidikan di Sekolah dasar berbahasa belanda H.I.S, lalu melanjut ke MULO, Sekolah Menengah Petama. Untuk Sekolah Menengah atasnya dia teruskan di AMS, Semarang.
Setelah lulus dari AMS, Supeno melanjut ke sekolah Technische Hogeschool di Bandung yang sekarang menjadi ITB. Ia hanya dua tahun di THS. Kemudian ia pun melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Hukum (Recht Hogeschool) di Jakarta. Ia tinggal di asrama BAPERPI, Jalan Cikini Raya 7. Baperpi (Badan Permusyawaratan Pelajar-Pelajar Indonesia) adalah penggabungan tiga perkumpulan mahasiswa, salah satunya Perkumpulan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Supeno diangkat menjadi ketua Baperpi ini.

Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer kedua atau disebut juga operasi gagak. Belanda berhasil menduduki ibu kota Indonesia pada saat itu, Yogyakarta. Belanda melakukan penangkapan dan pengasingan terhadap Soekarno – Hatta serta terhadap beberapa pejabat pemerintahan lainnya. Sementara Jenderal Soedirman yang pada saat itu sedang sakit bergerak masuk hutan, memimpin TNI untuk bergerilya.

Supeno sendiri juga ikut bergerilya. Setelah berbulan-bulan bergerilya, Supeno dan rombongannya tertangkap Belanda di Desa Ganter, Nganjuk.  Ketika itu ia hendak mandi ke pancuran. Supeno dipaksa berjongkok dan Belanda menginterogasinya. Supeno ditembak ditempat karena Belanda tidak percaya atas jawaban Supeno yang menyatakan bahwa ia adalah penduduk setempat. Ajudan Supeno, Mayor Samudro juga ditembak mati.

Supeno pun kemudian dimakamkan di Nganjuk. Setahun kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Atas jasa-jasanya, Supeno dianugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.039/TK/Tahun 1970 tanggal 13 Juli 1970.

Dari Berbagai Sumber


No comments:

Post a Comment