Monday 23 May 2016

Sri Susuhunan Pakubuwono X - Raja Yang Berkharisma

Sri Susuhunan Pakubuwono X yang nama kecilnya adalah Raden Mas Malikuk Kusno, lahir pada 29 November 1866 di Surakarta, Jawa Tengah. Beliau adalah putra Sri Susuhunan Pakubuwono IX dari permaisuri Raden Ayu Kustiyah. Konon kisah kelahirannya menjadi cermin ketidakharmonisan hubungan antara ayahnya dengan pujangga Ranggawarsita. Dikisahkan, pada saat Raden Ayu Kustiyahbaru mengandung, Pakubuwono IX bertanya apakah anaknya kelak lahir laki-laki atau perempuan. Ranggawarsita menjawab kelak akan lahir hayu.  Pakubuwono IX kecewa mengira anaknya akan lahir cantik alias perempuan. Padahal beliau berharap mendapat putra mahkota dari Ayu Kustiyah. Ternyata, Ayu Kustiyah melahirkan bayi laki-laki yaitu, Malikul Kusno.

Pakubuwono IX dengan bangga menuduh ramalan Ranggawarsita meleset. Ranggaswita lalu menjelaskan bahwa istilah hayu bukan berarti ‘ayu’ atau ‘cantik’, melainkan kependekan dari rahayu yang berarti ‘selamat’. Mendengar jawaban Ranggaswita tersebut, Pakubuwono IX merasa dipermainkan karena selama berbulan-bulan menjalani puasa berat.

Malikul Kusno naik tahta sebagai Pakubuwono X pada 30 Maret 1893, menggantikan ayahnya yang meninggal dua minggu sebelumnya. Beliau bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Pakubuwono X menikah dengan Ratu Hemas (putri Sultan Hamengkubuwono VII).

Masa pemerintahannya ditandai dengan kemegahan tradisi dan suasana politik kerajaan yang stabil. Pada masa pemerintahannya yang cukup panjang, Kasunanan Surakarta mengalami transisi, dari kerajaan tradisional menuju era modern, sejalan dengan perubahan politik Hindia Belanda. Pakubuwono X memberikan kebebasan berorganisasi dan penerbitan media massa. Beliau mendukung pendirian organisasi Sarekat Dagang Islam. Kongres Bahasa Indonesia I di Surakarta (1938) pada masa pemerintahannya.

Infrasturktur modern Kota Surakarta banyak dibangun pada masa pemerintahannya, seperti bangunan Pasar Gede Harjonagoro, Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo – Kota (Sangkrah), Stadion Sriwedari, Kebun Binatang Jurug, Jembatan Jurug yang melintasi Bengawan Solo di timur kota, Taman Balekambang, gapura-gapura di batas kota Surakarta, rumah pemotongan hewan ternak di Jagalan, rumah singgah bagi tuna wisma dan rumah perabuan bagi warga Tionghoa.

Sri Susuhunan Pakubuwono X wafat pada 1 Februari 1939 di Surakarta dan dimakankan di Pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri, Yogyakarta. Beliau disebut sebagai Sunan Panutup atau raja besar Surakarta yang terakhir oleh rakyatnya. Pada 7 November 2011, berdasarkan Keppres No. 113/TK/2011, pemerintah menobatkan Sri Susuhunan Pakubuwono X sebagai pahlawan. 


Sumber : Buku  'PAHLAWAN-PAHLAWAN INDONESIA SEPANJANG MASA'

By Didi Junaedi

No comments:

Post a Comment